MembandingkanTeks Eksplanasi Banjir dan Kekeringan 1. Struktur teks. Kedua teks memiliki struktur yang sama, yaitu : a. Dan : "Banjir adalah fenomena alam yang bersumber dari curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama pada daerah aliran sungai "Kekeringan merupakan fenomena hidrologi yang paling kompleks, Akses penyebrangan ke luar dari Padukuhan Kedungwanglu tak dapat dilalui karena banjir. KH WONOSARI, KH,– Ada banyak orang berpendapat, Gunungkidul itu nggak mungkin terlanda banjir. “Ora masuk akal kui! Yen Gunungkidul wae kebanjiran, mengko teneh kutha Ngayogyakarta iso klelep“. Demikian ujaran yang sering terdengar di berbagai obrolan. Ada lagi obrolan yang demikian, “Gunungkidul itu Jogja lantai dua. Tempatnya lebih tinggi, gak mungkin ada banjir!” Apa iya, wilayah Gunungkidul karena wilayahnya berbukit-bukit, dan elevasinya lebih tinggi lantas tidak mungkin dilanda banjir? Boleh-boleh saja berpendapat demikian, dan tidak ada yang bakal melarang argumentasi diyakini sampai mati. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah tampak tanda-tanda semakin sering terjadi genangan air hujan yang melimpas keluar tak tertampung di badan sungai. Airnya melimpas menggenangi permukiman rendah di bantaran sungai. Air hujan juga tak seperti jaman dulu lagi yang cepat beringsut dari permukaan tanah, entah di pekarangan, di lapangan, atau di jalan raya. Sebenarnya ada apa dengan gejala banjir ini? Apa iya saat ini air hujan yang membasahi bumi lebih tinggi intensitasnya? Apakah doa-doa permohonan dalam setiap upacara bersih kali atau merti dusun/desa sudah tidak mujarab dan tidak diijabahi Sang Pencipta lagi? Sebenarnya, adakah faktor-faktor lain yang menjadi penyebab banjir karena ketelodoran manusia? Semenisasi, betonisasi, aspalisasi yang tak menghiraukan aspek-aspek keseimbangan alam kah? Bagi orang-orang yang tinggal di wilayah pegunungan karst ini semenjak dulu kala, air sesungguhnya menjadi sesuatu yang sangat sangat dihargai. Air adalah sumber kehidupan. Sungai permukaan tanah yang terbesar dan terpanjang di Gunungkidul dinamai Sungai Oya, berasal dari Toya, berarti air itu sendiri. Air menjadi media pencuci dan pembersih untuk aneka hal, mulai bahan pangan, pakaian, hewan ternak, maupun badan manusia sendiri. Air menjadi “barang suci”, dalam tradisi keagamaan manapun, ada unsur air sebagai pen-suci diri. Air untuk wudhu, air untuk baptisan, air pensuci raga dan pikiran yang ditaburkan para brahmana atau pandita sewaktu upacara. Lantas, apakah air hujan yang bertransformasi menjadi banjir yang terkadang memporakporandakan rumah, jembatan, jalan, dan aneka bangunan itu sesungguhnya juga menjadi “pencuci” atau “pembersih” aneka kedurhakaan pikiran, perkataan dan perbuatan manusia? Ini menjadi bagian para pemuka agama, penghayat ketuhanan, dan ahli filsafat untuk mengungkapkannya. Jelas, secara ilmu pengetahuan, unsur air di manapun senantiasa sama. H20, ada unsur hidrogren dan oksigen. Unsur-unsur yang sangat menunjang kehidupan manusia. Air dalam bentuk butiran hujan, limpasan banjir di sungai, air tersimpan di gentong, air di bak penampungan, air genangan di halaman rumah atau jalan raya, semua tetap mengandung unsur yang sama. Yang berbeda adalah, adanya senyawa atau material yang ikut terbawa dari mana dan ke mana air itu mengalir. Sesungguhnya, dari manakah air itu berasal? Mari, kembali membuka kembali pelajaran dasar, dengan apa yang disebut sebagai Siklus Hidrologi. Ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga karena adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya suatu mekanisme alam yang berlangsung secara siklus dan terus menerus. Dalam pengaturan penyebaran air di daratan bumi, mekanisme alam yang dimaksud tersebut dikenal dengan istilah siklus hidrologi atau siklus air. Pengertian Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga, mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini. Gambar berikut menjelaskan siklus hidrologi. Disebut siklus adalah karena proses berupa mata-rantai kejadian yang berulang dan terus-menerus terjadi. Siklus hidrologi, daur atau rantai perubahan air. Dok Proses Terjadinya Siklus Hidrologi Dalam siklus hidrologi, air melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi tersebut antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut. Evaporasi Siklus hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah, bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari. Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah. Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi. Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari misalnya saat musim kemarau, jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar. Transpirasi Penguapan air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan. Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi. Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi. Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah penguapan air keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi, laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke atas permukaan atmosfer. Sublimasi Selain lewat penguapan, baik itu melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun evapotranspirasi, naiknya uap air dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga dipengaruhi oleh proses sublimasi. Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat. Kondensasi Ketika uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan proses sublimasi naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut. Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam. Adveksi Awan yang terbentuk dari proses kondensasi selanjutnya akan mengalami adveksi. Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan. Perlu diketahui bahwa, tahapan adveksi tidak terjadi pada siklus hidrologi pendek. Presipitasi Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi. Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis. Run Off Setelah presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai, danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer. Nah, di bagian run-off terjemahan bebasnya air yang berlarian bebas di permukaan tanah inilah aspek genangan permukaan tanah yang menjadi banjir itu terjadi. Ketika lapisan tanah telah jenuh air, maka aliran air di permukaan tanah menjadi genangan. Genangan akan menjadi semakin besar manakala alirannya tidak mampu lagi tertampung mulai dari selokan atau got sekitar rumah, selokan di pinggir jalan, saluran anak sungai, sampai dengan badan sungai-sungai besar. Ketika permukaan tanah hampir sebagian besar diperkeras entah dengan plesteran semen, diubin, diaspal, dicor beton, sampai dengan tutupan lahan dengan permukiman yang padat, maka hal ini juga menjadi penyebab run-off ini menjadi semakin besar. Mengapa? Karena sulitnya air hujan masuk meresap dalam pori-pori tanah karena tertutupnya permukaan dengan semen, ubin, aspal cor beton, termasuk atap-atap rumah. Sesungguhnya sudah ada contoh nyata, bagaimana para warga kuno terdahulu itu bijak menabung run-off atau air yang mengalir bebas di permukaan tanah. Dengan cara bagaimana? Dengan membuat ledokan-ledokan memanjang pada lahan pertanian tadah hujan. Dengan membuat blumbang atau kolam di pekarangan rumah. Dengan membuat bak tandon air dari aliran teritisan rumah, dengan pemanfaatan telaga-telaga besar yang tersebar di penjuru Gunungkidul sebagai tandon air yang dimanfaatkan secara komunal. Upaya ini sesungguhnya merupakan praktek riil manajemen sumber daya air masyarakat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Sayangnya, kemajuan jaman dan gengsi modernitas membuat pemanfaatan sumber daya air melalui telaga di wilayah Gunungkidul dicap sebagai sebuah tanda “ke-ndeso-an”, tanda “ketertinggalan” atau bahkan tanda “kebodohan”. Kalau belum muter kran PDAM di rumah itu dianggap belum berkemajuan. Warga dibuat lingsem atau malu ketika diolok-olok ndesit banget karena masih mandi di telaga, masak air dari telaga. Fenomena yang nge-trend saat ini adalah pembangunan embung-embung di puncak-puncak bukit. Apa beda kolam tampungan air bikinan bikinan jaman modern ini dengan ratusan telaga-telaga alamiah yang tersebar di wilayah Gunungkidul? Barangkali kelebihan telaga-telaga modern di puncak-puncak bukit tadi adalah pada gebyar pariwisatanya yang konon indah untuk potret-memotret, sementara dilihat dari fungsi dasarnya sebagai kolam tampungan air hujan belum optimal pemanfaatannya. Infiltrasi Tidak semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut. Nah, setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi. Aneka Macam Siklus Hidrologi Berdasarkan panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat dibedakan menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus hidrologi pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang. Siklus Hidrologi Pendek Siklus hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi. Uap air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air akan mengalami kondensasi dan membentuk awan. Awan yang terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut. 2. Siklus Hidrologi Sedang Siklus hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi sedang ini Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan. Di atmosfer daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan. Air hujan di permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut. 3. Siklus Hidrologi Panjang Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan tidak langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi panjang ini Air laut mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas matahari. Uap air yang terbentuk kemudian mengalami sublimasi Awan yang mengandung kristal es kemudian terbentuk. Awan mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan Awan mengalami presipitasi dan turun sebagai salju. Salju terakumulasi menjadi gletser. Gletser mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai. Air yang berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali. Itulah penjelasan penting tentang siklus hidrologi, proses dan tahapan, serta macam-macamnya. Air terus menjalani “rantai kehidupannya” secara alamiah. Air terus menjalani siklusnya, ia sesunggunya terus menjalani daur hidupnya, tak peduli apakah baik atau jahat perlakuan mausia yang dilakukan terhadap air itu sendiri. Karena itu, adanya gejala banjir atau bencana banjir yang telah melanda, sesungguhnya menjadi pertanda agar manusia menelisik diri apa saja yang sudah dilakukan terhadap alam lingkungan tempat tinggalnya. Merawatkah? Atau justru secara rakus dan tamak memperkosa alam lingkungannya? —- Penulis S Yanto. Referensi lanjut Komentar Komentar TUGASTEKS EKSPLANASI. 1. Struktur. Jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan "siklus. hidrologi". Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari. presipitasi. 1) Akibat panas matahari, air di permukaan bumi berubah wujud menjadi gas/. uap dalam proses evaporasi.

Cermatilah dua teks berikut! Teks 1 Siklus Hidrologi Sumber Gambar. Siklus hidrologi Jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Akibat panas matahari, air di permukaan bumi berubah wujud menjadi gas/ uap dalam proses evaporasi. Evaporasi bisa terjadi melalui air sungai, embung, reservoir, waduk, dan air laut dan tanaman. Tanaman menyerap air melalui akar. Energi panas matahari menyebabkan air di dalam tanaman keluar dengan wujud uap. Proses pengambilan air oleh akar tanaman dan penguapan dari dalam tanaman disebut transpirasi. Karena perbedaan temperatur di atmosfer, uap berubah menjadi air. Temperatur yang berada di bawah titik beku freezing point mengakibatkan kristal es terbentuk. Butir-butir air terjadi karena tetesan air kecil tiny droplet yang timbul akibat kondensasi berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh gerakan udara. Adanya gravitasi menyebabkan butir-butir air itu turun ke bumi, yang disebut dengan hujan atau presipitasi. Jika temperatur udara turun sampai di bawah 0º Celcius, butiran air akan berubah menjadi salju. Ketika sampai ke bumi, air hujan mengalir dan bergerak dari daerah yang tinggi ke daerah yang rendah. Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas muka tanah. Aliran ini akan memasuki daerah tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau atau waduk. Dalam sistem sungai aliran mengalir mulai dari sistem sungai kecil ke sistem sungai yang besar dan akhirnya menuju mulut sungai atau sering disebut estuary, yaitu tempat bertemunya sungai dengan laut. Diolah dari berbagai sumber. Teks 2 Banjir Banjir adalah fenomena alam yang bersumber dari curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama pada daerah aliran sungai DAS. Banjir terjadi karena sebab alam dan tindakan manusia. Penyebab alami banjir adalah erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, drainase lahan, dan pengaruh air pasang. Penyebab banjir karena tindakan manusia adalah perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, kawasan padat penduduk di sepanjang sungai, dan kerusakan bangunan pengendali banjir. Penyebab Alami Banjir Sebagai akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi sehingga sedimentasi masuk ke sungai dan daya tampung sungai menjadi berkurang. Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan run-off di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah, yang tentunya bergantung pada kondisi tanahnya. Ketika suatu kawasan hutan diubah menjadi permukiman, hutan yang bisa menahan aliran permukaan cukup besar diganti menjadi permukiman dengan resistensi aliran permukaan kecil. Akibatnya ada aliran permukaan tanah menuju sungai dan hal ini berakibat adanya peningkatan debit aliran sungai yang besar. Apabila kondisi tanahnya relatif tetap, air yang meresap ke dalam tanah akan relatif tetap. Faktor penutup lahan vegetasi cukup signifikan dalam pengurangan atau peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi sehingga apabila hujan turun ke wilayah hutan tersebut, faktor penutup lahan ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan. Curah hujan yang sangat lebat mempunyai tetes hujan besar. Karena tetes hujan berukuran besar, pori-pori permukaan tanah akan tertutup sehingga infiltrasi air hujan sangat kecil. Sebaliknya, limpasan air hujan menjadi sangat besar. Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi, dan kemiringan daerah aliran sungai DAS, kemiringan sungai, geometrik hidrolik bentuk penampang, dan lokasi sungai merupakan penyebab banjir dari segi fisiografi. Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Akibat adanya peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan infrastruktur, terutama permukiman akan meningkat, sehingga mengubah sifat dan karakteristik tata guna lahan. Kecenderungan kapasitas saluran drainase menurun sehingga menyebabkan aliran permukaan meningkat. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi. Air pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu terjadi banjir bersamaan dengan air pasang tinggi, tinggi genangan air atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik. Penyebab Banjir karena Faktor Sosial Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Apabila suatu hutan yang berada dalam suatu aliran sungai diubah menjadi permukiman, debit puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini bergantung pada jenis hutan dan jenis permukiman. Demikian pula untuk perubahan yang lainnya akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Deforestasi, degradasi lingkungan dan pembangunan kota yang penuh dengan bangunan beton dan jalan-jalan aspal tanpa memperhitungkan drainase, daerah resapan, dan tanpa memperhatikan data intensitas hujan dapat menyebabkan bencana alam banjir. Pembuangan sampah di DAS membuat sungai tersumbat sampah. Jika air melimpah, air akan keluar dari sungai karena daya tampung saluran berkurang. Kawasan padat penduduk di sepanjang sungai/drainase dapat menjadi penghambat aliran dan daya tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal sangat penting sebagai faktor sosial terhadap masalah banjir daerah perkotaan. Pemeliharaan kurang memadai pada bangunan pengendali banjir dapat menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir. Diolah dari Kodoatie, & Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Apa yang kalian temukan dari struktur teks “Banjir”? Apakah kalian menemukan perbedaan antara struktur teks “Siklus Hidrologi” dengan struktur teks “Banjir”? Di mana letak perbedaannya?

Tulisanoleh Aslama Nuraulia (Rekayasa Kehutanan ITB 2017) Bencana banjir di Indonesia telah menimbulkan kerugian triliunan rupiah dengan korban jiwa yang tidaklah sedikit. Dalam interval 1991-1995 banjir di Indonesia telah membuat sebanyak 4.246 jiwa meninggal, 6.635 luka-luka, sekitar 7 juta menderita serta 324.559 rumah mengalami kerusakan.
Teks eksposisi tentang Banjir 1. TESIS Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagai hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Dalam pengertian yang luas, banjir dapat diartikan sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. 2. ARGUMENTASI Banjir dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme terjadinya dan berdasarkan posisi dari sumber banjir terhadap daerah yang digenanginya. Ada dua macam mekanisme yang berbeda. Yaitu berdasarkan mekanisme terjadinya, banjir dapat dibedakan menjadi banjir biasa regular dan banjir tidak biasa irregular. Pertama, Banjir regular terjadi akibat jumlah limpasan yang sangat banyak sehingga melampaui kapasitas dari pembuangan air yang ada existing drainage. Kedua, Banjir irregular terjadi akibat tsunami, gelombang pasang, atau keruntuhan dam dam break. Umumnya di Indonesia, dilihat dari mekanisme terjadinya, banjir yang terjadi seringkali banjir regular. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi banjir irregular. Berdasarkan posisi sumber banjir terhadap daerah yang digenanginya, banjir dapat dibedakan menjadi banjir lokal dan banjir bandang. Banjir lokal didefinisikan sebagai banjir yang diakibatkan oleh hujan lokal sedangkan banjir bandang dapat diartikan banjir yang diakibatkan oleh penyebaran limpasan dari daerah hulu pada suatu daerah tangkapan. Sedangkan berdasarkan posisi sumber banjir terhadap daerah yang digenanginya, banjir di Indonesia termasuk dalam kedua-duanya baik itu banjir lokal maupun banjir bandang. Sebagai contoh banjir lokal adalah banjir yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia termasuk juga di Jakarta. Banjir di kota – kota besar biasanya disebabkan oleh membludaknya air yang ada di sungai dan jeleknya sistem drainase air. Banjir juga dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti diare, kudis, panu, dll. Untuk dapat menanggulangi banjir, tidak dapat hanya mengandalkan pemerintah saja, namun peran serta masyarakat. Pertama hal yang harus dilakukan adalah tidak membuang sampah ke sungai atau got – got yang ada didepan rumah agar penyerapan air dapat dilakukan dengan baik. Lalu diupayakan mengeruk kembali kedalaman sungai, agar daya tampung air akan lebih besar. 3. PENEGASAN ULANG Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai. Akibatnya, mampu merendam dan merusak jalan raya, jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, dan kanal. Kerugian dari segi harta dan jiwa manusia merupakan dampak lain dari terjadinya banjir. Demikian artikel dari Berbagi Ilmu mengenai contoh teks eksposisi tentang banjir. Harapannya dengan membaca artikel ini, kalian dapat lebih memahami tentang teks eksposisi beserta strukturnya. Banjir dapat kita tanggulangi dengan tidak membuang sampah sembarangan terutama di sungai, karena hal ini dapat menjadikan banjir terjadi. Silahkan baca artikel menarik lainnya, dan jangan lupa untuk meninggalkan komentar. Mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan. Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun teks eksposisi. Unsur kebahasaan yang ada pada teks eksposisi adalah pronomina, konjungsi dan kata leksikal. Pronomina Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan pendapat pribadi diungkapkan. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam 1. Pronomina Persona kata ganti orang yaitu persona tunggal. Contohnya Ia, Dia, Anda, Kamu, Aku, Saudara, -nya, -mu, -ku, si-. Dan pesona jamak contohnya seperti Kita, Kami, Kalian, Mereka, Hadirin, Para. Contoh pada teks Tidak terdapat didalam teks 2. Pronomina Nonpersona kata ganti bukan orang yaitu pronomina penunjuk, contohnya adalah Ini, Itu, Sini, Situ, Sana. Dan pronomina penanya contohnya Apa, Mana, Siapa. Contoh dalam teks Tidak terdapat didalam teks Konjungsi Konjungsi atau kata penghubung digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi 1. Konjungsi waktu sesudah, setelah, lalu, sebelum, setelah itu, kemudian 2. Konjungsi gabungan serta, dan, dengan 3. Konjungsi pembatasan asal, kecuali, selain 4. Konjungsi tujuan untuk, supaya, agar 5. Konjungsi persyaratan jika, jikalau, apabila, bila, asalkan, bilamana, apabila 6. Konjungsi perincian adalah, yaitu, ialah, antara lain, yakni 7. Konjungsi sebab-akibat sehingga, karena, sebab, akibat, akibatnya 8. Konjungsi pertentangan akan tetapi, tetapi, namun, melainkan, sedangkan 9. Konjungsi pilihan atau 10. Konjungsi penegasan/penguatan apalagi, bahkan, hanya, lagi pula, itu pun 11. Konjungsi penjelasan bahwa 12. Konjungsi perbandingan bagai, seperti, serupa, ibarat 13. Konjungsi penyimpulan oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian. Contoh -konjungsi perincian banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan -konjungsi sebab akibat Banjir irregular terjadi akibat tsunami, gelombang pasang, atau keruntuhan dam dam break -konjungsi tujuan Untuk dapat menanggulangi banjir, tidak dapat hanya mengandalkan pemerintah saja, namun peran serta masyarakat. Pertama hal yang harus dilakukan adalah tidak membuang sampah ke sungai atau got – got yang ada didepan rumah agar penyerapan air dapat dilakukan dengan baik. Kata leksikal A. Nomina kata benda Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll. Contoh pada teks Tidak ada di dalam teks B. Verba kata kerja Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis afiksasi, reduplikasi, komposisi. Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll. Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses morfologis afiksasi, reduplikasi, komposisi. Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggung jawabkan, dll. Contoh pada teks Tidak ada di dalam teks C. Adjektiva kata sifat Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif, jernih, dingin, jelek, dan lain-lain. Contoh pada teks Tidak ada di dalam teks D. Adverbia kata keterangan Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain. Contoh banjir lokal adalah banjir yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia termasuk juga di Jakarta.
2 Istilah yang terdapat pada soal nomor 1 merupakan istilah bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa asing. Istilah tersebut diserap dengan mengubah beberapa huruf di akhir kata. Coba temukan lagi istilah asing yang terdapat pada teks "Siklus Hidrologi" yang diserap langsung sesuai dengan bahasa aslinya! No. Istilah Asing. PowerPointPresentation BAHASA INDONESIA Membandingkan teks " Siklus Hidrologis dengan teks "Banjir" TUGAS 3 KELOMPOK3 KELOMPOK 3 Mempersembahkan 3.1 ETI PURNAMA SARI BAHASAINDONESIA M e mb anding kan t e k s " S i k lus H i drologis d e ngan t e k s " B a n jir " TUGAS 3 KELOMPOK3 MembandingkanTeks "Siklus Hidrologi" dengan Teks "Banjir" 1) Tanah longsor, badai, dan sebagainya. 2) Membuang sampah sembarangan, penggundulan hutan, hujan dengan intensitas yang tinggi dan durasi lama pada daerah aliran sungai (DAS), dll. .
  • tmt26uoqoq.pages.dev/408
  • tmt26uoqoq.pages.dev/55
  • tmt26uoqoq.pages.dev/982
  • tmt26uoqoq.pages.dev/303
  • tmt26uoqoq.pages.dev/286
  • tmt26uoqoq.pages.dev/126
  • tmt26uoqoq.pages.dev/443
  • tmt26uoqoq.pages.dev/575
  • tmt26uoqoq.pages.dev/227
  • tmt26uoqoq.pages.dev/114
  • tmt26uoqoq.pages.dev/414
  • tmt26uoqoq.pages.dev/636
  • tmt26uoqoq.pages.dev/353
  • tmt26uoqoq.pages.dev/508
  • tmt26uoqoq.pages.dev/878
  • membandingkan teks siklus hidrologi dengan teks banjir